Satu Kali Klik dapat $10

Jumat, 12 September 2008




Entah sampai kapan negri ini akan bersih dari monster bernama korupsi . Reformasi yang digulirkan sepuluh tahun silam nampak tidak berdaya memotong gerak dan sepak terjang para koruptor yang semakin kalap dan menjadi-jadi saja memakan uang rakyat dan negara demi kepentingan perut dan golongan mereka. Tidak berlebihan jika negri ini sering diibaratkan sebagai ‘Surga Para Korputor’. Negri di mana setiap orang ‘bebas’ menekuni profesi menjadi seorang koruptor; negri di mana hukum dan lembaga tinggi peradilan bisa dibeli, dipermainkan, dan dilecehkan oleh para koruptor!
Mengapa penyakit ini sedemikian sulit dimusnahkan? Dan mengapa semakin banyak dan beragam saja cara orang melakukan korupsi? Di antara faktor yang menyebabkan sulitnya bangsa ini menjerat para koruptor karena mereka memiliki ‘1001’ macam cara untuk melakukan tindak kejahatan ini. Dan tidak semua orang tahu tentang cara atau modus mereka melakukan tindak pinda korupsi, tak terkecuali pihak-pihak yang berwenang menangani kasus ini. Padahal, untuk memberantas korupsi dibutuhkan pengetahuan yang komprehensif tentang modus operandi korupsi atau cara-cara bagaimana korupsi itu dilakukan.
Buku ini akan mengungkap secara komprehensif bagaimana korupsi itu dilakukan oleh para koruptor, mulai dari korupsi dalam pemalsuan pajak, pengadaan barang dan jasa, pencucian uang, hingga pengelolaan hutan. Buku ini menjadi pegangan yang sangat cocok bagi praktisi kebijakan negara, penegak hukum dan aparat pemerintahan, mahasiswa, dan mereka yang merindukan Indonesia terbebas dari korupsi.

Kamis, 11 September 2008

Menjadi Penulis & Wartawan Cilik itu Mudah lho...


Nah inilah buku yang ditunggu calon wartawan dan penulis cilik!
Dapatkan cara-cara termudah untuk menjadi wartawan dan penulis cilik.
Diantaranya:
* Bagaimana mencari ide tulisan
* Belajar menulis berita
* Belajar wawancara
* Menulis itu mudah lho
* Pede, adalah rahasia sukses wartawan dan penulis cilik
* 15 langkah menulis buku
* dan lain-lain.
Dengan membaca buku ini, tidak ada lagi alasan untuk tidak menjadi wartawan dan penulis cilik. Selamat mencoba adik-adik!!!

"Meraih Passive Income dari Menulis"



Bagaimana membuat tulisan cepat menghasilkan uang
Bagaimana hanya dengan membuat judul buku saja.
Penerbit sudah berani membayar Anda.

Bagaimana caranya menulis buku super cepat.

Bagaimana caranya sebagai penulis.
Bisa mendapat passive income berlipat ganda.
Biarkan Uang Mengalir Ke Rekening Anda.
Siapa sih yang tidak suka jika uang selalu mengalir ke rekening Anda setiap bulan atau mungkin setiap minggu? Sebenarnya masalah seperti ini bukan mimpi, dan juga bukan hanya bisa terjadi dalam khayalan. Namun benar-benar bisa terjadi dalam kehidupan Anda. Bagaimanakah caranya? Banyak teori sudah disampaikan dalam seminar-seminar motivasi, atau seminar bisnis lainnya. Namun kali ini, kita akan belajar kaya lewat sebuah kegiatan menulis. Robert T. Kiyosaki memiliki pendapat orang kaya tidak diukur dari berapa besar active income. Orang disebut kaya apabila passive income nya lebih besar dari pada biaya hidup. Yang dimaksud passive income disini adalah uang yang masuk tanpa harus bekerja lagi. Dalam kaitan dengan dunia tulis meenulis, passive income disini diartikan sebagai pemasukan secara terus menerus dari tulisan yang sudah pernah dibuat. Semisal, Habiburahman El Sirozi, penulis buku Ayat-Ayat Cinta itu. Ia hanya menulis sekali. Namun dengan terus dicetaknya buku tersebut secara berulang-ulang, penulis tersebut bisa dikatakan menerima passive income. Passive income lainnya adalah ketika bukunya kemudian difilmkan. Ia juga menerima passive income tanpa harus bekerja menulis lagi. Memang alangkah nikmatnya hidup ini bila hanya sekali bekerja atau berkarya dengan menulis, namun bisa secara terus menerus mendapat passive income dari tulisan kita tersebut. Siapapun Anda sudah pasti senang dan tidak akan menolak jika bisa sampai pada tahapan tersebut. Hanya masalahnya, tidak semua orang mampu mencapai tahapan ini secara gampang. Ada beberapa langkah untuk bisa meraih passive income dalam kegiatan menulis. Pertama, pilihlah jenis tulisan yang bisa dibutuhkan oleh masyarakat pembaca dalam waktu relative lama. Sebagai contoh, membuat kamus, ensiklopedi, peta, dan jenis tulisan lain yang dibutuhkan orang dalam jangka waktu relative lama. Penerbit Kanisius di Yogyakarta pernah menerbitkan buku kamus Indonesia- Perancis / Perancis Indonesia. Tercatat dalam halaman judul sudah mencapai cetakan ke-70. Ini artinya dari cetakan ke-1 hingga ke-70, penulisnya secara terus menerus memperoleh passive income dari buku kamus yang cukup tipi situ. Atau Penerbit Pradnya Paramita juga menerbitkan Kamus Hukum, yang ditulis Prof. R. Subekti, SH. Tercatat sampai tahun 2008 sudah cetak ulang hingga cetakan ke-17. Tentu penulisnya akan terus menerima passive income selama kamus tersebut terus dicetak ulang oleh penerbitnya. Buku jenis kamus, ensiklopedia, dan sejenisnya adalah jenis buku yang tidak membutuhkan tema actual. Ia bisa diterbitkan kapan saja. Dan biasanya memiliki rentang waktu relative lama masa penerbitannya. Kedua, memilih jenis tema yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat akibat rasa ingin tahu tentang suatu hal. Semisal, buku “Psikologi Kematian” tulisan Prof Dr. Komaruddin Hidayat secara terus menerus cetak ulang disebabkan rasa ingin tahu masyarakat pembaca tentang sesuatu hal. Dalam hal ini adalah soal misteri kematian itu sendiri. Atau juga buku berjudul “Ganti Hati” , karya Dahlan Iskan juga cetak ulang berkali-kali, karena menguak suatu misteri tentang penggantian hati seseorang dan bisa selamat dalam melakukan operasi ganti hati.


"Kaya Raya Banyak Istri Masuk Surga"



Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya
yang taqwa, kaya, lagi pula suka merahasiakannya

(HR Muslim)

Orang yang memberi nafkah kepada dua istri karena Allah, maka ia akan dipanggil dari beberapa pintu surga. Wahai hamba Allah, ini adalah kebaikan. Orang yang suka mendirikan shalat, akan dipanggil dari pintu shalat. Orang yang suka bersedekah, akan dipanggil dari pintu sedekah. Orang yang suka berpuasa akan dipanggil dari pintu puasa, dan orang yang suka berjihad akan dipanggil dari pintu jihad
(HR Bukhori).

Sebenarnya masalah kaya raya, banyak istri, masuk surga adalah masalah yang lebih bersifat pribadi. Tidak bisa ditularkan. Artinya di dalam masalah tersebut terdapat sebuah misteri yang hanya diketahui oleh dua pihak saja. Yakni oleh orang yang diberi anugerah menerima kenikmatan ( kaya raya, banyak istri, masuk surga) dan Tuhan.

Namun masalah tersebut menjadi menarik dibahas dalam buku ini, karena tidak banyak orang yang paham bahwa kaya raya, banyak istri dan masuk surga ini ternyata bisa dipelajari sekaligus dilaksanakan oleh orang-orang yang memang
sanggup menjalaninya.

Lebih menakjubkan lagi, ternyata para sahabat rasul,dan Muhammad sendiri sudah mempraktekkannya. Maka jika saja masih meragukan lagi bahwa kaya raya, banyak istri, dan masuk surga tidak dilarang dalam agama Islam untuk dilakukan, maka dengan membaca buku ini akan semakin terbukalah wawasan kita terhadap persoalan beristri banyak pun ternyata bisa kaya, dan syukur-syukur setelah itu Tuhan mengganjarnya dengan hadiah surga.

Lihan: Ustadz pun Bisa Jadi Pengusaha B(e)RILIAN

Di benak sebagian orang masih tertanam kuat satu persepsi, bahwa dunia ustadz itu hanya berputar-putar di sekitar masjid, mushola, dan mimbar, dengan mengaji, dzikir, memutar tasbih, dan ceramah sebagai aktivitas yang selalu menemaninya setiap hari. Dengan persepsi ini, tidak sedikit orang yang kemudian menduga (bahkan berkeyakinan?) bahwa seorang ustadz tidak becus menjalakan usaha, apalagi sampai menggapai keberhasilan. Realitas yang berkembang di masyarakat tanpa disadari memang menggiring seseorang untuk cepat berkesimpulan seeperti kesimpulan di atas.

Namun persepsi dan kesimpulan di atas ternyata salah besar. Sukses dalam menekuni dunia usaha itu ternyata bukan semata milik orang-orang berpendidikan, orang-orang yang dibesarkan dengan kakayaan dan kecukupan modal, ataupun orang-orang yang memiliki dukungan dan networking yang luas, tapi milik siapa saja yang memiliki niat yang kuat dan kemauan yang keras untuk menggapai kesuksesan. Tidak terkecuali seorang ustadz.

Lihan, yang profil dan kisah suksesnya diulas secara cukup detil di buku ini adalah contoh bahwa seorang ustadzpun bisa menjadi seorang pengusaha yang sukses, bahkan terbilang sangat sukses. Dan sukses besar yang diraih lihan—ini yang terpenting—dimulai dari titik nol, dari banyak ketiadaan; ketiadaan modal, minimnya pendidikan, dan minimnya dukungan. Tapi ketiadaan dan segudang kekurangan yang menghimpitnya tidak pernah membuatnya patah arang dan semangat. Lihan bisa mengatasi segala keterbatasan dan kekurangan yang melingkupinya dengan tekun, sabar dan tidak pernah berputus asa. Kita pun bertanya-tanya, bagaimana Sang Ustadz memulai dan menjalankan bisnisnya sehingga bisa menggapai kesuksesan yang sangat fantastis?

Melalui wawancara dan investigasi mendalam, Ahmad Bahar dalam buku ini menjelasakan, bahwa rahasia kesuksesan yang dicapai Lihan dalam segenap usaha yang dijalaninya, sebagaimana dijelaskan sendiri oleh Sang Ustadz, adalah karena ia tidak pernah melupakan shadaqoh. Inilah rahasia utama yang menjadikan bisnisnya terus jaya dan berkembang dari waktu ke waktu. Prinsip berbagi dengan orang lain itu tidak hanya dilakukan saat usahanya mendulang keuntungan besar, tapi juga dilakukan saat usahanya dalam posisi merugi.

Kemudian, yang kedua, ia tidak selalu menjadikan keuntungan sebagai faktor utama dalam menjalankan bisnisnya. Sebab, baginya keuntungan pasti didapatkan ketika kita mencoba berbagi dengan orang lain. Ia mengistilahkan, bahwa pergerakan roda bisnisnya lebih dikendalikan oleh hati dan nurani, yang lebih mementingkan unsur kemanusiaan dengan prinsip membantu orang lain. Dengan prinsip yang tidak biasa inilah sang ustadz meraup keuntungan yang sangat banyak dan berlimpah. Kekuatan buku ini terletak pada penawaran konsep usaha yang tidak biasa. Buku ini, dengan kata lain mencoba membuka kejenuhan teori usaha konvensional yang selalu menuhankan keuntungan dan keuntungan dalam menekuni dunia usaha. Dari buku ini kita mendapat pelajaran penting, bahwa ada cara lain yang lebih bermartabat bagi kita untuk mendapat keuntungan. Dan keuntungan itu bahkan tidak hanya didapat di dunia fana ini, tapi terlebih di akhirat kelak. (Mustofa Amar)